Sabtu, 31 Oktober 2015

ANALISIS IKLAN ROBOVAC BERDASARKAN ETIKA BISNIS

NAMA : THARIQ AFIF R. H
NPM : 17212345
KELAS : 4EA02
MATA KULIAH : ETIKA BISNIS





1. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah


        Pada awal tahun 2015, hubungan diplomatik Indonesia-Malaysia sempat mengalami krisis karena beredarnya iklan yang diterbitkan oleh sebuah perusahan pembuat alat pembersih, Robovac, yang dimana iklan terseut mencantumkan tulisan "Fire Your Indonesian Maid Now" (Pecat Pembantu Indonesia) yang dinilai oleh banyak pihak terutama orang Indonesia merendahkan martabat bangsa Indonesia. Kasus ini membuat marah banyak orang Indonesia sehingga Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malaysia melaporkan perusahaan pembuat iklan tersebut ke kepolisian.


Gambar 1.1 Iklan Robovac yang dinilai merendahkan martabat bangsa Indonesia


Pada 3 Februari 2015, KBRI Malaysia mengirimkan nota protes kepada Kementerian Luar Negeri Malaysia atas beredarnya iklan pemasaran robot tersebut. Dalam nota keberatan itu, KBRI Malaysia menyampaikan penyesalan mendalam pemerintah (Kompas).  Duta Besar RI untuk Malaysia, Herman Prayitno, menyesalkan munculnya iklan sebuah perusahaan swasta yang sangat mengganggu perasaan bangsa dan rakyat Indonesia. Terlebih lagi hal ini terjadi di tengah-tengah persiapan Kunjungan Kenegaraan Presiden Joko Widodo ke Malaysia tanggal 5-7 Februari 2015 yang bertujuan untuk lebih memperkokoh dan memperdalam hubungan bilateral yang saling menguntungkan (Setkab). Dubes Herman berharap kasus ini dapat segera diselesaikan, mengingat kedua negara akan memasuki tatanan komunitas ASEAN.


Kasus ini menjadi salah satu ujian bagi hubungan diplomatik diantara kedua negara mengingat sudah sering terjadi  perseteruan diantara kedua negara sejak masa kemerdekaan. Kasus ini tidak hanya tersiar di dalam negeri saja, tetapi juga hingga ke skala dunia, dimana media barat juga ikut menyiarkan kasus ini.

         Atas dasar itulah, penulis akan menganalisis kelayakan iklan ini berdasarkan kode etika bisnis. 



2. TEORI


2.1 Pengertian Iklan

            Iklan atau periklanan menurut Kotler didefinisikan sebagai segala bentuk penyajian non-personal dan promosi ide, barang, atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Hal ini berarti bahwa iklan memegang peranan penting dalam mempromosikan produk yang hendak dijual, selain dengan metode pemasaran personal selling.



2.2 Fungsi Iklan


Fungsi iklan dibagi kedalam 2 jenis:


a.  Fungsi Informasi


Hal ini berarti bahwa suatu iklan menjelaskan perihal/servis, keadaan dan fitur. Maksudnya adalah iklan menjelaskan tentang fungsi utama dan fungsi atribut dari suatu produk tersebut. Contohnya, suatu iklan yang mempromosikan sebuah handphone akan memberikan informasi kepada masyarakat bahwa handphone tersebut memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi, sedangkan fungsi atributnya berupa fitur-fitur yang ditawarkan agar calon pembeli tertarik untuk membelinya, seperti handphone tersebut dilengkapi dengan OS Android terbaru, kamera dengan kualitas yang lebih baik, dan lain-lain.


b. Fungsi Persuasif


Fungsi ini lebih menekankan dalam membujuk orang agar membeli produk atau jasanya (promosi). Jadi bisa dikatakan bahwa fungsi ini tidak memiliki keterkaitan dengan kualitas produk tersebut. Fungsi jenis ini banyak ditemui di berbagai tempat penjualan produk, seperti mall. Implementasi dari fungsi ini antara lain dapat berupa diskon, beli 2 dapat 1, jika membeli suatu produk, maka akan mendapat produk pelengkapnya, dan masih banyak lagi jenis promosi yang dapat dilakukan penjual untuk menarik masyarakat agar membeli produknya.



2.3 Arus Pembelian Produk melalui Iklan




Gambar 2.1 Arus Pembelian Produk melalui Iklan




         Berdasarkan gambar diatas, dapat dipelajari bahwa iklan memberikan dua jenis pengaruh kepada konsumen, yaitu konsumen membeli produk, atau  konsumen tidak terpengaruh terhadap iklan tersebut. Dan hasilnya, jika konsumen membeli produk tersebut, maka penjual produk tersebut akan mendapatkan pendapatan (revenue). Hal ini berarti bahwa memasang iklan tersebut merupakan langkah yang tepat dalam memasarkan produk.

Sebaliknya, jika konsumen tidak terpengaruh terhadap pesan yang disampaikan oleh iklan tersebut, maka konsumen tidak akan membeli produk tersebut, bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti tingkat kepekaan konsumen, kratifitas dalam membuat iklan, jangkauan iklan, dan lain-lain. Hal ini akan memberikan biaya iklan (cost) kepada perusahaan, yang berarti bahwa memasang iklan ini merupakan langkah yang salah dan malah memberikan kerugian terhadap perusahaan. Terdapat dua alternatif setelahnya, yaitu menarik iklan tersebut dari lingkungan pemasaran atau memperbaiki iklan tersebut agar menjadi iklan yang lebih baik.



2.4 Iklan yang Tidak Etis

Kualitas iklan tidak hanya dinilai dari isi dan kreatifitasnya saja, tetapi juga dinilai dari apakah iklan tersebut telah mematuhi kode etika bisnis yang berlaku dalam dunia pemasaran. Berikut ini beberapa kriteria iklan yang tidak etis:


·    Iklan tersebut dengan sengaja memberikan informasi mengenai produk yang tidak sesuai dengan kondisi yang nyata dari produk tersebut. Hal ini menyebabkan konsumen mendapatkan ekspetasi atas produk yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Akibatnya, ketika membeli produk tersebut, kebanyakan konsumen akan merasa tidak puas atas apa yang didapatkan ketika membeli produk tersebut.


·         Iklan yang isi atau kreatifitasnya menyesatkan dan menjerumuskan konsumen. Kejadian ini sering terjadi pada iklan yang memasarkan produk rokok, minuman keras, dan produk-produk lainnya yang memperoleh persepsi yang seragam dari masyarakat.  Contohnya iklan rokok. Sudah sering dijumpai iklan yang memiliki isi bahwa dengan merokok, orang menjadi lebih tenang dan percaya diri. Atau iklan kondom, yang memiliki efek tidak langsung yaitu menyerukan konsumen untuk lebih sering melakukan hubungan seks.



Selain itu, suatu iklan dikatkan etis atau tidak, bisa dinilai dari 3 hal berikut, yaitu:


a.       Maksud si pengiklan


Jika tujuan dari pembuatan iklan tersebut untuk meningkatkan penjualan semata tanpa mempedulikan keadaan konsumen, maka iklan tersebut dapat dikatakan tidak mematuhi kode etika bisnis. Iklan yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan minuman keras semata akan menyebabkan beberapa kejadian tidak langsung, seperti kematian akibat alkohol, kekerasan dalam rumah tangga, dan masih banyak lagi efek negatif yang terjadi jika tujuan iklan tersebut tidak mempedulikan keadaan orang banyak.


b.      Isi Iklan


Tidak semua isi iklan dapat diterima oleh seluruh golongan masyarakat. Ada iklan yang hanya ditujukan kepada golongan kaum dewasa, ada iklan yang isinya memiliki peasan rasis dan diskriminatif, ada juga iklan yang berisi pesan propaganda. Jika suatu iklan mengandung isi-isi tersebut, maka iklan tersebut tidak beretis. Selain itu juga ada jenis isi iklan yang mengajak orang untuk melakukan hal yang salah. Seperti iklan minuman keras, dimana isinya mengajak orang untuk mengkonsumsi lebih banyak minuman keras, dengan cara memberikan isi yang berkesan bahwa dengan meminum minuman keras, maka orang tersebut dapat lebih mudah dalam bersosialisasi dengan orang lain, dan sebagainya. Jenis iklan seperti ini sering dikatakan tidak beretis karena merubah sudut pandang seseorang dan merusak moral orang tersebut.


c.      Keadaan publik yang dituju

Keadaan masyarakat juga perlu dipertimbangkan dalam membuat sebuah iklan. Contohnya ketika umat muslim sedang melaksanakan ibadah puasa. Contoh iklan yang tidak etis adalah iklan produk makanan yang ditayangkan di televisi pada siang hari ketika umat muslim sedang berpuasa. Iklan tersebut tidak etis karena mengganggu umat muslim yang sedang puasa dengan menayangkan gambar makanan atau adegan orang yang sedang menikmati produknya di televisi.



2.5 Manipulasi dengan Iklan



            Iklan dapat memanipulasi konsumen dengan cara-cara berikut ini:


a.    Melebih-lebihkan kemampuan produk dan menutupi kelemahan produk



Iklan seperti ini sering dijumpai pada iklan produk makanan fastfood, yang membuat image dari makanan tersebut telihat mewah. Contohnya Hamburger, yang pada iklannya terlihat lebih berisi dan cerah, tetapi kenyataannya produknya hanya berupa hamburger yang lebih tipis dan kurang menarik jika dibandingkan dengan yang ditampilkan di iklan.


Gambar 2.2 Perbandingan antara Hamburger yang nyata dengan yang di iklan




Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa gambar di kiri merupakan hamburger yang disajikan di restoran fastfood, sedangkan gambar di kanan merupakan gambar hamburger yang ditampilkan di iklan. Perusahaan biasanya menggunakan tenaga yang ahli di bidang IT dan fotografi untuk meng edit gambar hamburger tersebut agar terlihat menarik dan mengundang selera makan. Dengan cara tersebut pengiklan dapat melebih-lebihkan kemampuan produk sekaligus menutupi kelemahan produk tersebut.



b. Tidak memberikan informasi yang benar


Iklan ini sering dijumpai pada perusahaan operator telepon yang sering memasang iklan yang memberikan informasi yang tidak lengkap kepada konsumen, sehingga konsumen sering kebingungan dalam memilih produk mana yang cocok dengan kriteria mereka.




Gambar 2.2 Contoh iklan operator telepon



Dengan tarif yang beragam, ditambah metode pembayaran yang rumit, konsumen akan sering mengalami kebingungan dan salah informasi dalam berlangganan kartu telepon.




3. ANALISIS


Pada kasus Robovac, sudah jelas sekali bahwa perusahaan teknologi asal Malaysia tersebut sudah bertindak rasis terhadap negara Indonesia, kerana memasang kata Fire Your Indonesian Maid Now. Padahal, kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan cara menghilangkan kata Indonesian nya, sehingga menjadi Fire Your Maid Now, sehingga kata Maid di iklan tersebut ditujukan kepada pelayan secara umumnya, tanpa memandang darimana pelayan tersebut berasal. Bukan cuma rasis, iklan ini seolah-seolah ingin menyampaikan pesan bahwa warga Malaysia tidak perlu lagi untuk memperkerjakan TKI/TKW asal Indonesia yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia dan beralih kepada penggunaan produk Robovac dalam mengerjakan kegiatan rumah tangga sehari-hari. Pesan iklan ini juga seolah-olah menunjukkan bahwa Robovac mengajak warga Malaysia agar tidak berterima kasih terhadap TKI/TKW asal Indonesia yang telah membantu pekerjaan rumah tangga mereka sehari-hari.



4. KESIMPULAN


            Dari analisis diatas, dapat dikatakan bahwa iklan Robovac merupakan salah satu contoh yang tidak beretika, karena tidak hanya menghina TKI/TKW asal Indonesia saja, tetapi juga menyinggung seluruh masyarakat bangsa Indonesia yang membaca iklan tersebut.


5. REFERENSI



http://nasional.kompas.com/read/2015/02/04/07572811/KBRI.Malaysia.Laporkan.Iklan.Fire.Your.Indonesian.Maid.ke.Polisi











































Tidak ada komentar: