Sebelum saya membagikan opini saya kepada anda para pembaca blog saya, saya ingin memberi tahu anda bahwa saya hanyalah mahasiswa Universitas Gunadarma Jurusan Ekonomi Tingkat 2. Saya mohon maaf jika opini yang akan saya sampaikan berlainan dengan opini anda atau mengandung kata-kata yang kurang pantas untuk anda. Terima kasih atas perhatiannya.
Saya bukan tipikal anak muda Jakarta yang selalu berkumpul bersama gang nya atau selalu tergila-gila akan bermain futsal. Tapi saya mengakui bahwa saya mengikuti perkembangan musik dan film. Tapi bukan berarti film atau musik yang saya favoritkan akan menjadi favorite orang lain juga. Nah ini yang sering saya bilang dengan "Film bagus belum tentu film enak untuk ditonton. Atau tipikal film enak yang seru banget ditonton berbarengan belum tentu juga akan meraih penghargaan Oscar." Dan kebanyakan film yang saya favoritkan tidak termasuk daftar favorite orang lain juga. Maksud saya, kenapa abg sekarang senangnya sama sekuel Transformer ? Oke lah 3 series film tersebut terjual lebih dari 2 milyar dolar di seluruh dunia, tapi secara teknik saya secara jujur tidak menyenangi film tersebut. Lebih tepatnya film karya sutradara Michael Bay. Biar saya sebutkan : Transformer, Battleship, Armageddon, dan yang terbaru : Pain & Gain. Michael Bay juga tercatat sebagai salah satu peraih Raspberry Award terbanyak. (Raspberry Award adalah kebalikan dari Oscar). Dia juga memuncaki puncak daftar sutradara terburuk versi IMDB. Jadi saya menyarankan kepada anda para pembaca sekalian : JANGAN PERNAH MENONTON ATAU MEMBIARKAN ANAK DAN KELUARGA ANDA UNTUK MENONTON FILM YANG DISUTRADAI oleh MICHAEL BAY. Oke lah kalau menonton untuk fun-fun saja kalau menurut saya tidak masalah. Seperti yang sebutkan diatas : "Film bagus belum tentu film enak untuk ditonton. Atau tipikal film enak yang seru banget ditonton berbarengan belum tentu juga akan meraih penghargaan Oscar." Semua itu terserah anda.
Kalau menurut saya sendiri ada 2 kriteria secara garis besar suatu film dinilai : Teknik dan Cerita. Okelah kebanyakan orang sering melihat sebuah film dari ceritanya. Yang cewek suka film romantis dan korea, yang cowok juga ada yang suka film romantis, atau mungkin film perang, action, super heroes, atau mungkin ada yang tidak suka menonton film, tapi lebih senang menonton Live Match Sepak Bola di TV. Dan film yang disutradarai Michael Bay kebanyakan lebih mementingkan cerita ketimbang tekniknya. Cobalah lihat Transformer, Battleship atau Pearl Harbour. Kalau anda menonton film-film tersebut pasti anda akan menikmatinya karena film tersebut memang diracik untuk memenuhi kebutuhan anda yang mencari film yang penuh action, tokoh utamanya ganteng, penuh aksi, mengalahkan antagonis nya dan selalu mendapatkan hati kekasihnya di akhir film. Blah blah blah. The End. Maksud saya, coba perhatikan Transformer. Filmnya bercerita tentang para alien robot di bumi. Begitu banyak manusia, tokoh, robot-robot. Itupun kaum robot dibagi menjadi 2 : Autobot dan Decepticon. Shia LaBeouf (aktor utama) nya sendiri menghujat film keduanya di sekuel tersebut dengan berpendapat bahwa ada terlalu banyak robot di film tersebut. Apakah anda tidak pusing setelah menonton semua sekuel Transformer? Okelah dari segi cerita film tersebut mengangkat isu yang mungkin bagi sebagian orang merupakan "End Of the World" atau semacamnya : Inflasi alien di muka bumi. Tapi dari segi teknis saya bilang film tersebut sampah. Okelah Bay memakai teknologi perfilman teranyar seperti CG atau semacamnya. Atau dia dan krunya haru jauh-jauh untuk berangkat ke Cina hanya untuk mengambil sebagian take aja dari film tersebut. Tapi dari racikan teknis nya, saya tidak suka. Kebanyakan robot gak jelas, yang satu mati yang lain muncul lagi, masalah robot yang begitu komplek. Ibaratnya, sekuel Transformer itu gak lebih dari kamar anak cowok yang berantakan dengan barang-barangnya tersebar gak karuan di setiap sudut kamar. Karena anak itu belum bisa memanage untuk merapikan kamarnya sedangkan jumlah barang yang ia miliki begitu banyaknya, jadilah kamarnya berantakan. Dan kemudia dia dimarahin oleh ibunya. Begitu juga dengan Michael Bay. Dia tidak bisa memanage untuk menempatkan chaos dari script yang dia pilih pada tempat yang tepat. Nah ini yang sering saya kritik kepada film-film yang scriptnya dari komik atau seluruh film : Bagaimana cara menyajikan fantasi anda atau fantasi dari scipt yang anda pilih, kedalam cara yang "menarik" bagi para penonton untuk menonton filmnya. Yang dimaksud dengan "menarik" di sini sifatnya subjektif, karena selera tiap orang berbeda. Tapi kalau "menarik" secara kualitas, film tersebut pantas meraih Raspberry Award. Anda mau tahu film lainnya yang semacam Transformer? 2 sekuel G.I. Joe . Sama-sama sampah.
Lain dengan Michael Bay, lain halnya juga dengan Martin Scorsese. Dia adalah salah satu sutradara favorite saya. Karena dia adalah master dalam mengkombinasikan adegan dalam film dengan lagu -lagu pilihannya yang pas. Mungkin sebagian orang hanya menganggapnya sebagai "sutradara film gangster" karena karyanya sebagian besar tentang gangster. Tapi dari racikannya, tiap adegan-adegan kecil di filmnya terasa begitu penting dan patut di perhatikan dengan seksama. The Departed, Goodfellas, Casino, Hugo dan masih banyak lagi film-filmnya yang secara teknis saya suka. Dan sebagian besar filmnya dia menggunakan lagu The Roliing Stones. Saya sendiri juga fans beratnya Stones. Jadi ketika menonton filmnya, saya jadi tambah suka. Tapi saya rasa bukan hanya saya saja yang bisa menyimak filmnya, tapi semua juga bisa. Maksud saya, meskipun Scorsese tidak selalu mengikuti keinginan pemirsa yang menginginkan happy ending dari filmnya, tetapi filmnya layak disimak. Dan CERDAS! Karena Scorsese menyajikan chaos dalam scriptnya dengan sangat cerdas ditambah dengan lagu rock n' roll nya sebagai bumbu penting. Sehingga seakan setiap momen dalam film-filmnya terasa begitu ikonik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar