MAKALAH
PERILAKU KONSUMEN
PERILAKU
KONSUMEN DI INDONESIA BERDASARKAN FAKTOR REFERENSI, INDIVIDU, KELUARGA DAN
SITUASI
DISUSUN
OLEH:
THARIQ
AFIF R. HAKIM (17212345)
3EA02
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis
sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya yang telah
dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul " Perilaku Konsumen di
Indonesia berdasarkan Faktor Referensi, Individu, Keluarga dan Situasi"
ini.
Dalam penulisan makalah
ini, penulis mengambil banyak referensi dari berbagai sumber seperti majalah
dan internet. Penulis juga memasukkan asumsi yang penulis dapat dari pengamatan
penulis terhadap objek dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam makalah ini, penulis
ingin mengemukakan pendapat penulis mengenai perilaku konsumen masyarakat
Indonesia di Indonesia dengan memperhatikan beberapa indikator, yaitu faktor
referensi, individu, keluarga dan situasi.
Penulis menyadari bahwa
keterbatasan pengetahuan dan pemahaman tentang proses pembelian masyarakat
Indonesia menjadi salah satu hambatan dalam penulisan makalah ini. Sekiranya,
penulis meminta maaf sebesar-besarnya atas semua kesalahan yang pembaca temukan
di dalam makalah ini.
Harapan penulis, dengan
disusunnya makalah ini bisa memberikan pengetahuan baru kepada para pembaca
sekalian mengenai perilaku konsumen dan dan faktor apa yang paling mempengaruhi
keputusan pembelian di Indonesia.
Depok, Desember 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam memenuhi
kebutuhannya, manusia memiliki beberapa faktor yang melatarbelakangi pembelian
suatu barang dan atau jasa. Beragamnya faktor-faktor tersebut ikut mempengaruhi
keputusan pembelian yang dilakukan oleh seluruh orang. Pembelian tersebut
dikategorikan kedalam dua jenis, yaitu pembelian untuk memenuhi kebutuhan utama
dan pembelian berdasarkan faktor selain kebutuhan utama.
Pembelian yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan utamanya merupakan motif dasar seseorang
dalam membeli suatu produk. Hal ini dilakukan semata-semata untuk memenuhi
kebutuhannya yang dimana barang yang dibelinya dapat memenuhi kebutuhan
tersebut.
Sedangkan faktor yang
lain yang mendasari seseorang dalam membeli suatu barang selain untuk memenuhi
kebutuhan utamanya adalah berdasarkan faktor referensi (media), individu,
keluarga dan situasi. Pada zaman modern ini, faktor-faktor tersebut sering
mempengaruhi motivasi seseorang dalam membeli barang. Fenomena tersebut bahkan
bisa menyeimbangi pembelian barang yang mdidasari akan kebutuhan akan kegunaaan
barang tersebut.
Tingginya angka
pembelian berdasarkan faktor-faktor tersebut didorong oleh perkembangan zaman
yang cepat, mobilitas yang mudah dan sudut pandang masayarakat yang maju. Orang-orang
tidak lagi membeli suatu barang hanya karena orang tersebut butuh akan barang
tersebut, tetapi juga karena didorong oleh orang-orang di sekitarnya, maskipun
dia tidak terlalu membutuhkan barang tersebut.
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka penulis mengambil tema dengan judul “Perilaku Konsumen di Indonesia berdasarkan Faktor
Referensi, Individu, Keluarga dan Situasi”.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah :
1.
Apakah pengaruh yang diberikan faktor-faktor
referensi (media), individu, keluarga (family
life circle), dan situasi terhadap keputusan pembelian di Indonesia?
1.3 Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penulisan
karya ilmiah ini adalah untuk menjelaskan pengaruh yang diberikan faktor-faktor
referensi (media), individu, keluarga (family
life circle), dan situasi terhadap keputusan pembelian di Indonesia.
1.4 Manfaat
Penelitian
Dengan membaca karya
tulisan ini, penulis berharap agar pembaca sekalian bisa lebih memahami tentang
pengaruh yang diberikan faktor-faktor referensi (media), individu, keluarga (family life circle), dan situasi
terhadap keputusan pembelian di Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Faktor Referensi (media) terhadap Keputusan
Pembelian di Indonesia
Dalam rangka menjangkau
pasar yang lebih luas, suatu perusahaan sering menggunakan terknik pemasaran
dengan menggunakan iklan. Dengan iklan yang dipasang pada berbagai media,
seperti majalah, televisi, koran, dan internet, perusahaan mengharapkan
produknya dapat dikenali oleh masyarakat luas, terutama pada zaman yang telah
maju ini dimana dalam mendapatkan informasi telah ditemukan berbagai alternatif
seperti televisi, telepon dan berbagai media komunikasi lainnya.
Dalam memasarkan
produknya lewat iklan, perusahan selalu mengutamakan brand image seperti apa yang sesuai dengan karakteristik pembeli
yang menjadi objek pemasarannya. Dengan mempelajari karakteristik pembeli,
perusahaan bisa menentukan tampilan produk yang akan ditampilkan pada iklan
yang akan dipasangnya. Meskipun begitu, terdapat peraturan pemerintah yang
mengatur tata krama dalam memasarkan produknya di iklan yang berbeda-beda di
setiap negara. Peraturan-peraturan tersebut turut mempengaruhi strategi
perusahaan dalam memasarkan produknya lewat iklan.
Di Indonesia, masih
terdapat beberapa iklan perusahaan rokok yang ditayangkan di televisi, meskipun
hal tersebut telah dilarang oleh banyak negara maju. Meskipun begitu,
pemerintah melarang perusahaan rokok untuk menampilkan tayangan orang merokok
dalam setiap iklannya, berkaitan dengan tata krama dan tingginya angka perokok
aktif di Indonesia. Peraturan pemerintah tersebut turut mempengaruhi tampilan (image) produk yang dipasarkan oleh
perusahaan, sehingga ikut mempengaruhi keputusan pembelian masayarakat
Indonesia terhadap penjualan rokok di Indonesia. Selain itu, dengan dipasangnya
gambar-gambar dan peringatan ikut mempengaruhi keputusan pembelian trhadap
rokok, karena dengan gambar dan peringatan tersebut, produk tersebut
mendapatkan kesan bahwa produk tersebut tidak layak dikonsumsi dan dapat
mengakibatkan efek yang buruk secara fisik terhadap masayarakat Indonesia.
Selain faktor peraturan
pemerintah yang mempengaruhi iklan perusahaan, menarik tidaknya suatu iklan
juga sering mempengaruhi keputusan pembelian terhadap suatu produk. Iklan yang
dirancang semenarik dan sekreatif mungkin cenderung mendapat perhatian yang
lebih banyak ketimbang iklan yang kurang diperhatikan dalam pembuatannya. Iklan
yang menarik tersebut sering menarik perhatian masayarakat banyak, meskipun
produk yang dipasarkan secara prioritas bukan tergolong kebutuhan primer. Dengan
iklan yang menarik, angka pembelian handphone
dapat mengungguli pembelian beras di suatu negara.
2.2 Pengaruh Faktor Individu
terhadap Keputusan Pembelian di Indonesia
Dalam melakukan
pembelian, seseorang dengan orang lain didorong oleh berbagai motivasi yang
berbeda. Tetapi secara garis besar, motivasi tersebut datang dari dalam diri
sendiri dan dari orang lain. Seseorang yang membeli barang karena kemauan
sendiri cenderung menggunakan berbagai faktor sebagai acuan dalam membeli suatu
barang, seperti kebutuhan, pengalaman dan kepribadian yang datang dari diri
sendiri.
Berbeda dengan orang
yang membeli suatu barang karena didorong oleh orang lain. Tipe pembeli seperti
ini cenderung menggunakan lingkungan sosialnya sebagai acuan dalam membeli
barang. Jenis pembeli seperti ini cenderung menggunakan faktor sosial dalam
mebeli suatu barang. Mereka akan mengukur nilai suatu barang bukan dari
fungsinya, melainkan dari atribut yang dimiliki oleh barang tersebut. Fenomena
seperti ini telah sering terjadi di Indonesia, dimana seseorang akan memilih
untuk menghabiskan uangnya untuk makan di restoran mewah ketimbang di warteg
atau warung sederhana.
Dari segi fungsi, restoran mewah dan warteg sama-sama menyediakan
makanan yang dapat memenuhi kebutuhan pangan seseorang. Yang membedakan antara
restoran mewah dan warteg adalah atribut yang lebih tinggi yang dimiliki oleh
restoran mewah ketimbang yang dimiliki oleh warteg. Seseorang yang makan di
restoran mewah bersama dengan rekan-rekannya yang memiliki kemampuan ekonomi
yang mumpuni akan mendapatkan kesan memiliki status sosial yang tinggi daripada
yang makan sendirian di warung sederhana.
2.3 Pengaruh Faktor Keluarga (family life circle) terhadap Keputusan Pembelian di Indonesia
Berdasarkan umur,
kebutuhan setiap orang juga berbeda berdasarkan umur seseorang tersebut.
Kebutuhan utama bayi yang sedang berada didalam kandungan adalah pola hidup
sehat yang dijaga oleh ibunya, untuk keselamatan dan kesehatan bayi tersebut
ketika lahir keelak. Kebutuhan ini mendorong sang ibu untuk memprioritaskan
pengeluarannya pada makanan yang sehat, susu ibu hamil yang terjamin
kualitasnya dan program untuk mempersiapkan dirinya ketika akan melahirkan.
Berbeda dengan
kebutuhan anak balita yang membutuhkan pendidikan yang layak untuk menanamkan
minat pada bidang yang akan ditekuni di masa depan. Orang tua perlu memilih
sekolah yang tepat agar anaknya mendapatkan pendidikan yang layak, untuk
mempersiapkan bekal buat masa depan.
Semakin bertambah umur
seseorang, semakin kompleks kebutuhan orang tersebut. Berawal dari kebutuhan
mendasar hingga berkembang menjadi kebutuhan yang bukan hanya dasar saja,
tetapi juga segala kebutuhan yang membantu ia dalam menjalin hubungan dengan
orang-orang disekitarnya. Semakin tua
seseorang, anggaran hidup orang tersebut juga akan bertambah, beriringan dengan
bertambahnya kebutuhan hidup sehari-hari.
2.4 Pengaruh Faktor Situasi
terhadap Keputusan Pembelian di Indonesia
Situasi seseorang ikut
mempengaruhi kebutuhan orang tersebut, sehingga akan mempengaruhi pembelian
barang untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dimana kebutuhan tersebut
dipengaruhi oleh situasi/kondisi orang tersebut. Seseorang yang sakit akan
memerlukan perawatan yang baik untuk mengembalikan kondisi fisiknya kepada kondisi
yang normal. Hal tersebut berarti bahwa dia akan memprioritaskan pengeluarannya
pada kebutuhan medis, seperti obat, dokter, rumah sakit dan lain sebagainya.
Kejadian tersebut dapat dirumuslan bahwa dia mengeluarkan uangnya untuk
kebutuhan medisnya karena dia sakit.
Bukan hanya kondisi
internal saja yang mempengaruhi seseorang dalam membeli suatu barang. Kondisi
eksternal seperti kondisi geografis, politik, budaya dan sosial sering
mempengaruhi keputusan pembelian seseorang akan suatu barang. Masyarakat
Indonesia yang bertempat tinggal di kawasan yang memeiliki dua musim (hujan dan
kemarau) lebih memerlukan mantel hujan ketika musim hujan ketimbang penduduk di
negara jazirah Arab yang jarang mendapat hujan. Hal ini berarti bahwa
masyarakat Indonesia membeli mantel hujan karena iklim Indonesia yang memiliki
dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seiring dengan
berkembangnya zaman, orang tidak lagi mengkonsumsi suat barang/jasa karena
butuh barang tersebut. Mereka sudah menemukan banyak alasan lain dalam membeli
suatu barang. Selain untuk memenuhi kebutuhannya, seseorang juga didorong oleh
referensi (media) dari barang tersebut, individu (diri sendiri dan orang lain),
keluarga (family life circle), dan situasi (internal dan eksternal) yang
dialami orang tersebut.
Dengan adanya faktor-faktor
tersebut, dapat dijelaskan bahwa nilai suatu barang bukan hanya berdasarkan fungsi
utamanya saja, tetapi juga dapat diukur dari atribut, kondisi pemakainya, serta waku dan tempat barang tersebut tersedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar