Sabtu, 19 Oktober 2013

TUGAS SOFTSKILL : TULISAN BEBAS

TUGAS SOFTSKILL
TULISAN BEBAS



NAMA                : THARIQ AFIF R. HAKIM
NPM                   : 17212345
KELAS               : 2EA02
MATA KULIAH : EKONOMI KOPERASI

25 Agustus 2013 – Hari diawali dengan biasanya. Bangun pagi, berusaha menyadarkan diri, menyalakan komputer, mencuci muka, dan mengecek apa yang sedang online. Tipikal anak muda sekarang. Hari diawali dengan difokuskan di dunia maya, bukan dunia nyata. Saya bangun pagi karena hari itu adalah hari penting di kalender saya : Konser  Metallica di Jakarta untuk kedua kalinya sejak konsernya tahun 1993 di lebak Bulus yang berakhir rusuh. Saya cuma mendengar beberapa cerita saja mengenai konser tersebut. 2 Malam, 100 ribu massa, 44 lagu dalam 5 jam, 1 big riot, 58 mobil dibakar, 88 orang ditangkap, 55 orang luka-luka dan mungkin juga bisa lebih banyak lagi dari yang tertera, karena sudah jadi rahasia umum bagaimana propaganda media tercipta saat orde baru. Benar – benar kekacauan yang luar biasa di tanah air, selain runtuhnya era orde baru dan peristiwa besar lainnya yang terjadi di tanah air. Tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan pada tulisan ini. 1993, saya sendiri pun belum lahir tahun itu.

Ok, jadi saya bangun pagi, menyadarkan diri, dan sebagainya. Menyalakan computer, mengecek apa yang sedang terjadi online, dan sebagainya. Saya mengecek lagi tiket konser Metallica di dalam tas saya, dan memutar lagu di komputer saya. Dan ini yang menurut saya lucu : Saat itu sedang pagi, sedangkan konser dimulai jam 8 malam, dan saya cuma mengetahui beberapa lagu saja dari Metallica yang terkenal : Enter Sandman (favorit saya), Master Of Puppet, Fuel, Nothing else Matter, dan sebagainya. Padahal masih ada banyak hits keren lainnya yang akan dimainkan oleh Metallica malam itu, seperti Creeping Death, One, Sanitarium, Seek And Destroy (closing), dan hits lainnya dari album yang lama. Sadar akan hal itu, saya langsung membuka halaman Youtube dan mendengarkan hits Metallica yang belum pernah saya dengar. Mengambil pelajaran dari konser Slash tahun 2010, dimana waktu itu saya sudah pagi-pagi sampai ke Istora Senayan, sedangkan konsernya malam, dan saat Slash naik panggung, saya cuma tahu Sweet Child O’Mine dan By The Sword saja lagunya saat itu! Seperti dokter yang tidak bisa mengecek detak jantung pasiennya, saya langsung membuka Youtube dan  memutar lagu Metallica. Kalau dibilang, saya bukan penggemar lagu metal dan lagu keras lainnya. Saya lebih senang pada yang old school : Beatles, Rolling Stones, Jimi Hendrix, Led Zeppelin, 1960an. Mungkin yang paling keras itu Nirvana. Saya bukan penggemar fanatik Metallica seperti yang lainnya, tapi saya cuma ingin mengisi liburan saat itu dengan sesuatu yang berbeda dari orang lainnya. Orang pulang kampung, kumpul dengan keluarganya, lebaran, ditanya kapan lulus, kapan kerja, kapan kawin, dan semacamnya. Apa intinya. Saya merasa kurang nyaman di rumah nenek yang di Bekasi. Jadi saya cuma seminggu saja di sana.

Sekitar jam 4 sore, saya mulai bersiap-siap untuk ke venue. Perlengkapan  biasanya : dompet, rokok, dan semacamnya. Dan yang paling penting : tiket dan kamera. Saya sendiri kurang begitu ingin membawa kamera ke venue. Buat apa? Dokumentasi? Upload foto eksis ke facebook? Ingin menunjukkan bahwa pernah nonton Metallica dan berharap statusnya di-like? Saya bukan tipe orang seperti itu. Lagian orang mana yang peduli kalau saya nonton Metallica? Ini lebih ke dokumentasi saja. Lagian kameranya juga punya paman saya. Kalau soal fans, paman saya yang penggemar Metallica. Berkat dia, saya berhasil mendengarkan lagu-lagu milik Led Zeppelin dan Black Sabbath untuk pertama kalinya ketika saya kelas 2 SMA. Bagi saya itu adalah hutang seumur hidup karena : “Ini Led Zeppelin! …. Led Zeppelin bro!” Saya sangat bersyukur punya paman seperti dia. Tapi yaa keadaan kurang mendukungnya untuk nonton konser. Workaholic, 2 anak perempuan. Sabtu aja dia kerja. Saya cuma berharap kalau dia mau sempat melihat dokumentasi konser Metallica yang saya rekam di kameranya.

Mengenakan kaos Kasabian (band asal Inggris), saya menuju stasiun Pondok Cina (saya ngekost di gang kapuk), naik kereta dan mentok di Stasiun kota, nyari makan, naik busway dari terminal situ dan turun di Gelora Bung karno. Saat saya di terminal busway GBK, terlihat pintu masuk GBK sudah dipenuhi banyak orang yang mengenakan kaos hitam. “Ini pasti pada mau nonton konser”, pikir saya saat itu.

Di pintu masuk, sebagai persiapan untuk gak lemas saat konser, saya beli kratingdeng sebotol untuk energi. Saya kurang ngerti efeknya seperti apa, tapi yang pasti saat pulang setelah konser, kaki saya keram dan badan saya lemas. Sepertinya ribuan orang sudah stand by di depan stadium utama GBK. Penonton, tukang jualan, panitia konser, calo tiket, polisi. Saya langsung saja ke pos penyerahan tiket dan langsung menuju ke stadium.
Itu adalah pertama kalinya saya ke dalam stadium GBK. Kalau biasanya saya menonton pertandingan di TV seperti Timnas VS Malysia, atau Timnas VS tim luar lainnya, saya melihat GBK di TV. Tapi saat itu saya tidak menuju tribun, karena saya membeli tiket kelas festival, jadi saya menuju lapangannya. Jadi pertama kalinya saya ke dalam stadium GBK, saya gak duduk di tribun dan menonton pertandingan bola seperti kebanyakan orang, tapi saya ke lapangan dan menonton Metallica.

Sepertinya saya agak terlambat. Ada puluhan baris penonton di depan saya. Harusnya saya datang lebih awal. Tapi saya berani taruhan kalau penonton di baris depan pasti berusaha keras agar sampai pas di depan panggung. Yang saya maksud “berusaha keras” di sini maksudnya mereka harus mengalahkan ratusan ribu orang lainnya untuk mendapat tempat paling depan. Belum lagi kalau energinya habis terkuras untuk menunggu Metallica sampai konser. Sepertinya mereka sudah di sana dari pagi. True fans. Saya juga bakalan seperti mereka kalau Mick jagger konser di Jakarta.

Sekitar jam 6 maghrib saya sudah di lapangan. Lapangan rumput dialasi papan tebal dan semacamnya. Semua orang menunggu Metallica. Kemudian ada beberapa kru Metallica yang check sound instrument nya. Gitar, drum, gitar akustik, bass. Mungkin ini terdengar alay, tapi menurutku nyata: saat kru nya check sound drum nya, seaakan jantung saya juga ikut berdebar. Seaakan papan yang setiap orang injak ikut bergetar juga. Suara drum terkeras yang pernah saya dengar secara langsung.

Kemudian opening act nya pun muncul. Dimulai dengan nyanyian solo Indonesia Raya dari cewek, namanya Raisa. Saya gak pernah dengar namanya. Semua orang ikut bernyanyi. Ada juga yang masih kampungan. Kemudian baru opening act yang beneran naik panggung. Seringai, unit High Octane Rock asal Jakarta menghajar GBK sebelum dihajar habis oleh Metallica. Tapi anehnya, saat Seringai tampil, gak ada orang yang moshing (goyang-goyang). Sepertinya mereka mau menghemat energi buat Metallica.
Ini kedua kalinya saya menonton Seringai secara live. Pertama kalinya tahun 2010, saya nonton di Jakarta Clothing Expo, Senayan juga. Complete mess. Tapi saya gak ingin menceritakan itu sekarang. Karena terlihat di panggung bahwa Metallica sudah tampil.

Berawal dari video yang diputar di layar besar, videonya tentang laki-laki tua yang ziarah dan semacamnya di kuburan terlantar, diiringi dengan lagu cowboy sepertinya. Efek yang menurut saya sendiri keren. Kemudian Metallica tampil. Lars yang pertama kali muncul di stage, langsung mengisi posisi drummer, disusul James, Kirk, dan Robert dengan instrument masing – masing. Diawali dengan Creeping Death (saya sendiri lupa), suasana langsung memanas. Semua orang bersorak, mendokumentasi, ikut bernyanyi. Saya sendiri lebih memilih untuk menikmati konsernya daripada sibuk merekam konser dengan kamera dan handphone. Saya Cuma ingin merekam 1-2 lagu saja. Coba pikir, kamu sudah memesan tiket jauh dari hari pertama tiket dijual secara online, menguras isi dompet sebesar 750.000 rupiah, menunggu Metallica seharian, dan kemudian kamu menonton konser lewat layar kecil dari kamera? Saya sendiri gak mau. Saya sudah berjuang sekuat tenaga dari memesan tiket, mengantri setengah mati di GBK cuma buat menukar voucher dengan tiket sehari sebelum konser, dan akhirnya saya di sini.

Konser tercantik yang pernah saya nonton. Itu deskripsi saya mengenai konsernya. Semua orang senang, ikut bernyanyi. Stage nya luar biasa (kayak bertingkat gitu). Saya gak tahu kalau Jokowi sempat hadir untuk ikut menonton atau gak, tapi dari kabar yang saya dengar dia juga hadir di venue. Rata-rata umur personel Metallica 40 an. Tapi mereka masih enerjik. Terutama James. Dia yang paling sering becanda. Mungkin kalau kamu pertama kali bertemu dengannya kamu akan berpandangan kalau dia semacam preman atau pemabuk dan sebagainya. Padahal dia ramahnya luar biasa. Dia sering becanda di atas panggung. Tiap kali dia becanda, semua penonton bersorak. Apalagi ketika konsernya akan selesai. Dia sempat becanda bahwa konsernya akan berakhir. Bahwa dia sudah capek, mau istirahat, berkendara ke rumah, dan sebagainya. Padahal masih ada satu hits yang belum dibawakan : Seek And Destroy.

Seek And Destroy selesai. Kemudian personel Metallica ke stage lagi sambil memegang bendera Merah Putih yang bertuliskan logo Metallica dan di bawahnya ada tulisan : Solo – Indonesia. Sepertinya bendera itu oleh-oleh dari rombongan dari Solo. Konser selesai. Semua orang pulang. Saya sendiri bingung karena sudah gak ada busway yang beroperasi pada jam saat itu. Saya hampir saja menguras 100 ribu rupiah cuma buat taksi ke bekasi. Tapi ada bus yang jurusan Kampung rambutan dan saya naik bus itu. Sampai di Kampung Rambutan, sambung angkot 112 sampai depok. Sesampainya di kos, saya masih gak tahu apa yang saya rasakan setelah konser. Senang? Puas? Merasa paling hebat karena barusan nonton Metallica? Bukan begitu. Saya cuma merasa capek. Mandi. Menutup hari.  


Terima kasih karena sudah membaca tulisan bebas dari saya. Saya mohon maaf jika ada kata – kata yang kurang berkenan dan semacamnya. Life Goes On.

Tidak ada komentar: