TUGAS
SOFTSKILL
TULISAN
BEBAS
NAMA :
THARIQ AFIF R. HAKIM
NPM :
17212345
KELAS :
2EA02
MATA KULIAH : EKONOMI KOPERASI
25 Agustus 2013 – Hari
diawali dengan biasanya. Bangun pagi, berusaha menyadarkan diri, menyalakan
komputer, mencuci muka, dan mengecek apa yang sedang online. Tipikal anak muda
sekarang. Hari diawali dengan difokuskan di dunia maya, bukan dunia nyata. Saya
bangun pagi karena hari itu adalah hari penting di kalender saya : Konser Metallica di Jakarta untuk kedua kalinya sejak
konsernya tahun 1993 di lebak Bulus yang berakhir rusuh. Saya cuma mendengar
beberapa cerita saja mengenai konser tersebut. 2 Malam, 100 ribu massa, 44 lagu
dalam 5 jam, 1 big riot, 58 mobil dibakar, 88 orang ditangkap, 55 orang
luka-luka dan mungkin
juga bisa lebih banyak lagi dari yang tertera, karena sudah jadi rahasia umum
bagaimana propaganda media tercipta saat orde baru. Benar – benar kekacauan
yang luar biasa di tanah air, selain runtuhnya era orde baru dan peristiwa
besar lainnya yang terjadi di tanah air. Tapi bukan itu yang ingin saya
ceritakan pada tulisan ini. 1993, saya sendiri pun belum lahir tahun itu.
Ok, jadi saya
bangun pagi, menyadarkan diri, dan sebagainya. Menyalakan computer, mengecek
apa yang sedang terjadi online, dan sebagainya. Saya mengecek lagi tiket konser
Metallica di dalam tas saya, dan memutar lagu di komputer saya. Dan ini yang
menurut saya lucu : Saat itu sedang pagi, sedangkan konser dimulai jam 8 malam,
dan saya cuma mengetahui beberapa lagu saja dari Metallica yang terkenal : Enter
Sandman (favorit saya), Master Of Puppet, Fuel, Nothing else Matter, dan
sebagainya. Padahal masih ada banyak hits keren lainnya yang akan dimainkan
oleh Metallica malam itu, seperti Creeping Death, One, Sanitarium, Seek And
Destroy (closing), dan hits lainnya dari album yang lama. Sadar akan hal itu,
saya langsung membuka halaman Youtube dan mendengarkan hits Metallica yang
belum pernah saya dengar. Mengambil pelajaran dari konser Slash tahun 2010,
dimana waktu itu saya sudah pagi-pagi sampai ke Istora Senayan, sedangkan
konsernya malam, dan saat Slash naik panggung, saya cuma tahu Sweet Child
O’Mine dan By The Sword saja lagunya saat itu! Seperti dokter yang tidak bisa
mengecek detak jantung pasiennya, saya langsung membuka Youtube dan memutar lagu Metallica. Kalau dibilang, saya
bukan penggemar lagu metal dan lagu keras lainnya. Saya lebih senang pada yang
old school : Beatles, Rolling Stones, Jimi Hendrix, Led Zeppelin, 1960an. Mungkin
yang paling keras itu Nirvana. Saya bukan penggemar fanatik Metallica seperti
yang lainnya, tapi saya cuma ingin mengisi liburan saat itu dengan sesuatu yang
berbeda dari orang lainnya. Orang pulang kampung, kumpul dengan keluarganya,
lebaran, ditanya kapan lulus, kapan kerja, kapan kawin, dan semacamnya. Apa
intinya. Saya merasa kurang nyaman di rumah nenek yang di Bekasi. Jadi saya
cuma seminggu saja di sana.
Sekitar jam 4
sore, saya mulai bersiap-siap untuk ke venue. Perlengkapan biasanya : dompet, rokok, dan semacamnya. Dan
yang paling penting : tiket dan kamera. Saya sendiri kurang begitu ingin
membawa kamera ke venue. Buat apa? Dokumentasi? Upload foto eksis ke facebook?
Ingin menunjukkan bahwa pernah nonton Metallica dan berharap statusnya di-like?
Saya bukan tipe orang seperti itu. Lagian orang mana yang peduli kalau saya
nonton Metallica? Ini lebih ke dokumentasi saja. Lagian kameranya juga punya
paman saya. Kalau soal fans, paman saya yang penggemar Metallica. Berkat dia,
saya berhasil mendengarkan lagu-lagu milik Led Zeppelin dan Black Sabbath untuk
pertama kalinya ketika saya kelas 2 SMA. Bagi saya itu adalah hutang seumur
hidup karena : “Ini Led Zeppelin! …. Led Zeppelin bro!” Saya sangat bersyukur
punya paman seperti dia. Tapi yaa keadaan kurang mendukungnya untuk nonton
konser. Workaholic, 2 anak perempuan. Sabtu aja dia kerja. Saya cuma berharap
kalau dia mau sempat melihat dokumentasi konser Metallica yang saya rekam di
kameranya.
Mengenakan kaos
Kasabian (band asal Inggris), saya menuju stasiun Pondok Cina (saya ngekost di
gang kapuk), naik kereta dan mentok di Stasiun kota, nyari makan, naik busway
dari terminal situ dan turun di Gelora Bung karno. Saat saya di terminal busway
GBK, terlihat pintu masuk GBK sudah dipenuhi banyak orang yang mengenakan kaos
hitam. “Ini pasti pada mau nonton konser”, pikir saya saat itu.
Di pintu masuk,
sebagai persiapan untuk gak lemas saat konser, saya beli kratingdeng sebotol
untuk energi. Saya kurang ngerti efeknya seperti apa, tapi yang pasti saat
pulang setelah konser, kaki saya keram dan badan saya lemas. Sepertinya ribuan
orang sudah stand by di depan stadium utama GBK. Penonton, tukang jualan,
panitia konser, calo tiket, polisi. Saya langsung saja ke pos penyerahan tiket
dan langsung menuju ke stadium.
Itu adalah
pertama kalinya saya ke dalam stadium GBK. Kalau biasanya saya menonton
pertandingan di TV seperti Timnas VS Malysia, atau Timnas VS tim luar lainnya,
saya melihat GBK di TV. Tapi saat itu saya tidak menuju tribun, karena saya
membeli tiket kelas festival, jadi saya menuju lapangannya. Jadi pertama
kalinya saya ke dalam stadium GBK, saya gak duduk di tribun dan menonton
pertandingan bola seperti kebanyakan orang, tapi saya ke lapangan dan menonton
Metallica.
Sepertinya saya
agak terlambat. Ada puluhan baris penonton di depan saya. Harusnya saya datang
lebih awal. Tapi saya berani taruhan kalau penonton di baris depan pasti
berusaha keras agar sampai pas di depan panggung. Yang saya maksud “berusaha
keras” di sini maksudnya mereka harus mengalahkan ratusan ribu orang lainnya
untuk mendapat tempat paling depan. Belum lagi kalau energinya habis terkuras
untuk menunggu Metallica sampai konser. Sepertinya mereka sudah di sana dari
pagi. True fans. Saya juga bakalan seperti mereka kalau Mick jagger konser di
Jakarta.
Sekitar jam 6
maghrib saya sudah di lapangan. Lapangan rumput dialasi papan tebal dan
semacamnya. Semua orang menunggu Metallica. Kemudian ada beberapa kru Metallica
yang check sound instrument nya. Gitar, drum, gitar akustik, bass. Mungkin ini
terdengar alay, tapi menurutku nyata: saat kru nya check sound drum nya,
seaakan jantung saya juga ikut berdebar. Seaakan papan yang setiap orang injak
ikut bergetar juga. Suara drum terkeras yang pernah saya dengar secara
langsung.
Kemudian opening
act nya pun muncul. Dimulai dengan nyanyian solo Indonesia Raya dari cewek,
namanya Raisa. Saya gak pernah dengar namanya. Semua orang ikut bernyanyi. Ada
juga yang masih kampungan. Kemudian baru opening act yang beneran naik
panggung. Seringai, unit High Octane Rock asal Jakarta menghajar GBK sebelum
dihajar habis oleh Metallica. Tapi anehnya, saat Seringai tampil, gak ada orang
yang moshing (goyang-goyang). Sepertinya mereka mau menghemat energi buat
Metallica.
Ini kedua
kalinya saya menonton Seringai secara live. Pertama kalinya tahun 2010, saya nonton
di Jakarta Clothing Expo, Senayan juga. Complete mess. Tapi saya gak ingin
menceritakan itu sekarang. Karena terlihat di panggung bahwa Metallica sudah
tampil.
Berawal dari
video yang diputar di layar besar, videonya tentang laki-laki tua yang ziarah
dan semacamnya di kuburan terlantar, diiringi dengan lagu cowboy sepertinya.
Efek yang menurut saya sendiri keren. Kemudian Metallica tampil. Lars yang
pertama kali muncul di stage, langsung mengisi posisi drummer, disusul James,
Kirk, dan Robert dengan instrument masing – masing. Diawali dengan Creeping
Death (saya sendiri lupa), suasana langsung memanas. Semua orang bersorak,
mendokumentasi, ikut bernyanyi. Saya sendiri lebih memilih untuk menikmati
konsernya daripada sibuk merekam konser dengan kamera dan handphone. Saya Cuma
ingin merekam 1-2 lagu saja. Coba pikir, kamu sudah memesan tiket jauh dari
hari pertama tiket dijual secara online, menguras isi dompet sebesar 750.000
rupiah, menunggu Metallica seharian, dan kemudian kamu menonton konser lewat
layar kecil dari kamera? Saya sendiri gak mau. Saya sudah berjuang sekuat
tenaga dari memesan tiket, mengantri setengah mati di GBK cuma buat menukar
voucher dengan tiket sehari sebelum konser, dan akhirnya saya di sini.
Konser tercantik
yang pernah saya nonton. Itu deskripsi saya mengenai konsernya. Semua orang
senang, ikut bernyanyi. Stage nya luar biasa (kayak bertingkat gitu). Saya gak
tahu kalau Jokowi sempat hadir untuk ikut menonton atau gak, tapi dari kabar
yang saya dengar dia juga hadir di venue. Rata-rata umur personel Metallica 40
an. Tapi mereka masih enerjik. Terutama James. Dia yang paling sering becanda.
Mungkin kalau kamu pertama kali bertemu dengannya kamu akan berpandangan kalau
dia semacam preman atau pemabuk dan sebagainya. Padahal dia ramahnya luar
biasa. Dia sering becanda di atas panggung. Tiap kali dia becanda, semua
penonton bersorak. Apalagi ketika konsernya akan selesai. Dia sempat becanda
bahwa konsernya akan berakhir. Bahwa dia sudah capek, mau istirahat, berkendara
ke rumah, dan sebagainya. Padahal masih ada satu hits yang belum dibawakan :
Seek And Destroy.
Seek And Destroy
selesai. Kemudian personel Metallica ke stage lagi sambil memegang bendera
Merah Putih yang bertuliskan logo Metallica dan di bawahnya ada tulisan : Solo
– Indonesia. Sepertinya bendera itu oleh-oleh dari rombongan dari Solo. Konser
selesai. Semua orang pulang. Saya sendiri bingung karena sudah gak ada busway
yang beroperasi pada jam saat itu. Saya hampir saja menguras 100 ribu rupiah
cuma buat taksi ke bekasi. Tapi ada bus yang jurusan Kampung rambutan dan saya
naik bus itu. Sampai di Kampung Rambutan, sambung angkot 112 sampai depok.
Sesampainya di kos, saya masih gak tahu apa yang saya rasakan setelah konser.
Senang? Puas? Merasa paling hebat karena barusan nonton Metallica? Bukan
begitu. Saya cuma merasa capek. Mandi. Menutup hari.
Terima kasih
karena sudah membaca tulisan bebas dari saya. Saya mohon maaf jika ada kata –
kata yang kurang berkenan dan semacamnya. Life Goes On.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar