Kamis, 19 Juni 2014

TRIP DESTINATION

Ketika saya sedang mengerjakan artikel ini, saya juga sedang membuka google earth di browser saya. Pernahkah anda para pembaca sekalian memiliki tempat tujuan yang ingin anda kunjungi? Dimana saja. Eropa, Afrika, Oceania, Amerika Latin ....  Maksud saya pernahkah anda mersa jenuh dengan kondisi Indonesia yang khususnya sedang bersiap untuk menghadapi pemilihan presiden nanti ? "Pilih ini, Pilih itu" ..  Kalau saja ada tempat untuk berpaling dari itu semua. 

Saya ingin ke Maldives. Atau Maladewa kalau bahasa Indonesianya. Kalau anda lihat di peta, Maldives letaknya bermil-mil di selatan India dan Srilanka. Agak ke barat dikit. Barat daya lah istilahnya. Areanya seluas 298 km persegi. 99% areanya air (Wikipedia). Sempit banget areanya. Sama singapura saja masih kalah. Tetapi itu intinya. Jauh dari benua. Jauh dari keramaian. Cuma saya duduk-duduk di pantai liatin laut saja. Maksud saya benar-benar sendiri. Ga ada siapa-siapa lagi di pantai itu. Kalau perlu saya beli tuh pantai kalau saya punya banyak uang. Paling juga sejauh mata memandang cuma lihat laut, langit dan awan saja. Saya ga mau pantai saya berhadapan dengan pulau. Mungkin menurut anda membosankan. Tetapi saya ingin mencobanya. Mungkin saya bisa melakukan itu berjam-jam. Coba anda pikir. Saya juga baru kepikiran ini barusan juga sih. Maksud saya, anda sedang mencari tempat liburan yang : pantai, tropis, dan sepi. Anda akan dapat Maldives. Kalau anda perhatikan di peta, di sepanjang garis khatulistiwa daerah yang memenuhi kriteria saya diatas hanyalah Maldives. Daerah tropis lainnya : Brasil, Indonesia, Afrika, Amerika Latin dan lainnya sesak dengan orang, konflik, problem, kelaparan. 


Saya ga tahu apakah Maldives termasuk benua Afrika atau Asia Selatan. Saya ga peduli. Tetapi semoga saja tidak pernah dikunjungi bajak laut dari Somalia. Soalnya bermil-mil di barat dari Maldives ada Somalia. Coba saja nonton filmnya Tom Hanks yang Captain Philips. Bajak Laut Somalia bukan kacangan. 

Saya tidak terlalu peduli dengan Raja Ampat. Maksud saya kenapa harus berbagi pantai dengan orang lain ketika anda bisa memiliki pulau dan pantai sendiri. Ya kan? Mungkin ketika anda sekalian membaca artikel ini anda akan berasumsi bahwa saya tipikal orang yang suka berkhayal, anti sosial dan semacamnya. Hey, artikel saya, tulisan saya, pikiran saya. Raja Ampat banyak pulaunya. saya kurang begitu suka. Menutupi pemandangan atas laut. Bukan dalam laut. Saya tidak terlalu peduli dengan snorkling, keanekaragaman hayati bawah laut dan semacamnya. Cuma saya, pantai saya, rumah saya. Mungkin ditambah beberapa butler untuk  mendukung saya. 


Hawaii juga sebenarnya memenuhi kriteria. Tapi Hawaii sepertinya sudah lebih ramai dan sesak. Lagian juga Hawaii ada gunung berapinya.  Maaf saya salah. Bukan hanya Maldives saja yang memenuhi kriteria diatas. Ada beberapa pulau di Oceania juga yang hampir mirip secara geografis dengan Maldives, tetapi lebih ke selatan dari garis khatulistiwa. Fiji, Cook Island, Easter Island (Pulau Natal). Saya ingin sekali melihat patung-patung yang bentuknya mirip wajah manusia itu. Apa nama patungnya? Saya lupa. Tapi pulaunya agak gedean dikit. Tapi saya ingin berkunjung ke sana. Saya sangat penasaran dengan sejarah dibalik budaya mereka, terutama patung-patung yang dibangun oleh leluhur penduduk asli setempat. Seperti penasarannya saya dengan sejarah dibalik Stonehenge di Inggris. Bagaimana orang-orang pada zaman itu membangun masterpiece seperti itu? Kalau anda bandingkan dengan Candi Borobudur atau Prambanan, saya rasa kurang jadul soalnya dibangun pada 500-600an masehi kalau saya tidak salah. 

Selain Maldives dan Oceania, Saya juga ingin berkunjung ke negara yang berbatasan dengan Laut Mediterania. Sebutkan saja : Turki, Yunani... Tapi jangan Mesir, Libya, Lebanon, Israel dan Syiria. Negara-negara tersebut masih sarat dengan konflik internal akibat rezim yang telah menyiksa masyarakatnya sekian lama. Turki juga sepertinya pernah dikuasai diktator. Tapi saya tidak terlalu peduli. Saya ingin melihat langsung pemandangan Laut Mediterania dari Turki. Dari Yunani juga. Seperti apa pemandangannya? Pernahkah anda perhatikan pulau di sebelah barat Lebanon. Itu adalah Cyprus, bagian dari negara Turki. Saya penasaran dengan pulau itu. Maksud saya, seperti pulau itu menyaksikan berbagai krisis dari negara-negara sekitarnya. Seperti ketika anda tinggal di area yang dimana tetangga anda sering ribut. 

Saya ingin ke Yunani. Saya ingin melihat langsung pemandangan Laut Mediterania dari Yunani. Saya sendiri tidak pernah melihat langsung sunrise atau sunset atau hal semacam itu, karena saya tipikal orang yang diam di rumah urus kerjaan saya. Tapi saya ingin sekali mencoba hal itu. Seperti menemukan space saya sendiri dari semua chaos di negara sekitar. Saya ingin sekali melihat Laut Mediterania. Laut yang menyaksikan berbagai perkembangan peradaban penting secara bersamaan. Semoga saja cuacanya tidak sepanas daerah Arab lainnya. 

Atau bagaimana dengan Skotlandia? atau Irlandia? Saya juga ingin ke tempat itu. Btw Adam Smith juga orang Skotland. Skotlandia sangat berlawanan dengan destinasi liburan tropis yang saya sebutkan tadi. Hawanya dingin. Logat Inggrisnya aneh. Makanan setempat tidak terlalu spesial. Tapi saya ingin ke sana. Saya ga tau kenapa. Mungkin karena orang asli sana yang merantau jauh ke Amerika dan semcamnya dan kemudian jadi orang yang punya pengaruh, seperti halnya imigran dari Irlandia dan Italia.

Saya capek dengan kondisi di Indonesia. Begitu banyak perbedaan dan stratifikasi. Buat orang islam saja dibagi lagi ke beberapa golongan. Ada Muhammadiyah, NU, Ahmadiyah, FPI... Padahal 1 kitab suci. 1 nabi. Begitu banyak partai. Jumlahnya 30 an. Surya Paloh ga diangkat jadi Ketum Golkar, malah bikin partai baru lagi. Begitu banyak suku, agama, latar belakang. Saya sering bingung kenapa orang Indonesia suka bangga dengan keanekaragaman mereka. Bangga seperti "Kita punya Borobudur. Kita punya Raja Ampat. Bla bla bla." Omong kosong. Masih banyak orang Indonesia yang rasis. Minoritas masih sering ditindas. Korupsi. Pelanggaran HAM. Menggunakan dasar "Tuhan" untuk menindas dan menghakimi minoritas. Masih suka menganggap golongan sendiri adalah yang paling baik daripada golongan lainnya. Menggunakan segala cara untuk dapat kursi DPR. Masih sering menyatukan agama dengan politik. Penyeragaman. Padahal negara multi ras. Gimana sih?

Saya cuma ingin pergi yang jauh dari Indonesia. Melihat dunia dari banyak point of view yang berbeda. Melihat bagaimana suatu proses terjadi. Melihat orang-orang berhubungan tanpa memperhatikan latar belakang mereka. Amerika pada abad 19 masih berlaku perbudakan. Tetapi mereka belajar dari pengalaman itu. Presiden mereka sekarang black (negro). Bayangkan saja golongan minoritas yang jadi presiden di Indonesia. Misalnya yang bukan islam. Pasti banyak golongan mayoritas idiot yang protes.

Saya serius. Saya ingin keliling dunia. Light Backpacker. Jadi orang ilang. Kalau diingat-ingat saya sudah dari dulu sering jadi orang hilang. Sendirian. Keluyuran malam-malam di Jogja ga jelas. Tidur di warnet. Sepertinya travelling enakan sendiri deh. Lebih bebas. Tidak perlu mikirin orang lain. Mungkin teman ada satu saja lah. Biar ga repot. Lihat-lihat tempat bersejarah di seluruh dunia. Mencoba budaya mereka. Bicara bahasa mereka. Berpikir global. 

nb: Beberapa kutipan diatas seperti dari sebagian para pembaca tafsirkan adalah merendahkan golongan tertentu, hal tersebut adalah sebatas opini penulis saja. Mohon untuk tidak diterjemahkan dengan salah.

Tidak ada komentar: