MAKALAH
PEILAKU KONSUMEN
PERILAKU
KONSUMEN GOLONGAN EKSEKUTIF DI INDONESIA
DISUSUN
OLEH:
THARIQ
AFIF R. HAKIM (17212345)
3EA02
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis
sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya yang telah
dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul " Perilaku
Konsumen Golongan Eksekutif Di Indonesia" ini.
Dalam penulisan makalah
ini, penulis mengambil banyak referensi dari berbagai sumber seperti majalah
dan internet. Penulis juga memasukkan asumsi yang penulis dapat dari pengamatan
penulis terhadap objek dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam makalah ini, penulis
ingin mengemukakan pendapat penulis mengenai gaya hidup (lifestyle) golongan dengan tingkat pendapatan yang tinggi dan
berkehidupan serba mewah yang terletak di beberapa kota besar di Indonesia
khususnya Jakarta. Penulis juga ingin menjelaskan lebih detail tentang
perbedaan antara gaya hidup golongan atas dengan golongan menengah, menengah
keatas, menengah dan bawah.
Penulis menyadari bahwa
keterbatasan pengetahuan dan pemahaman tentang gaya hidup para eksekutif di
Indonesia menjadi salah satu hambatan dalam penulisan makalah ini. Sekiranya,
penulis meminta maaf sebesar-besarnya atas semua kesalahan yang pembaca temukan
di dalam makalah ini.
Harapan penulis, dengan
disusunnya makalah ini bisa memberikan pengetahuan baru kepada para pembaca
sekalian mengenai perilaku dan gaya hidup golongan eksekutif di Indonesia
Depok, September 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk
yang tidak pernah puas, dalam artian dia selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya jika kebutuhannya yang lain telah terpenuhi. Sebagai contoh jika
seseorang itu telah memiliki kebutuhan pangan, maka dia membutuhkan sandang.
Setelah pangan dan sandang terpenuhi, maka dia membutuhkan papan (tempat
tinggal) untuk bertempat tinggal. Setelah pangan, sandang dan papan terpenuhi,
maka dia membutuhkan pekerjaan. Setelah mendapat penghasilan yang cukup dari
pekerjaan tersebut, seseorang itu mungkin membutuhkan rumah yang lebih mewah
lagi atau kendaraan bermotor untuk bepergian dan begitu seterusnya.
Fenomena ini sudah
tidak asing lagi kita saksikan di media-media informasi. Entah itu status
kekayaan yang diberi maupun yang diperjuangkan. Karena memang itu kodrat manusia: Mencari yang
belum didapat. Seseorang dengan kemampuan ekonomi yang tinggi senantiasa mampu
untuk membelanjakan uangnya diatas
rata-rata kemampuan ekonomi golongan menengah atau bawah. Dengan status dan
kemampuan ekonominya, maka mereka selaku golongan atas akan selalu mendapat
sorotan media dalam membelanjakan uangnya.
1.2 Rumusan
Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa
yang dimaksud dengan Stratifikasi Sosial?
2. Apa proses terbentuknya perilaku konsumen
golongan atas?
3. Apa perbedaan antara golongan atas dengan
golongan lainnya dari segi gaya hidup
dan pola pembelanjaan kebutuhan sehari-hari?
4. Apa
saja penampakan perilaku konsumen golongan atas dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk
memberikan wawasan baru tentang apa yang membedakan antara golongan atas dengan
golongan menengah dan bawah dari segi gaya hidup dan pengeluaran sehari-hari.
1.4 Manfaat
Penelitian
Dengan membaca karya tulisan ini, penulis berharap
agar pembaca sekalian bisa lebih memahami tentang perbedaan status antara
golongan atas dengan golongan menengah dalam membelanjakan pengeluarannya
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Stratifikasi Sosial
Pengertian stratifikasi sosial menurut Pitirim A.
Sorokin adalah perbedaan penduduk/masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas
secara bertingkat (hirarkis). Pelapisan sosial tersebut tidak terbentuk dengan
sendirinya, melainkan efek daripada tiap-tiap keputusan yang diambil setiap
individu dalam kehidupannya. Stratifikasi sosial sering terjadi tanpa disadari
oleh masyarakat yang hidup bersama di dalam suatu komunitas dengan latar
belakang yang berbeda. Opini penulis tentang stratifikasi sosial sendiri adalah
bahwa stratifikasi sosial merupakan sebuah ilusi yang diciptakan oleh perbedaan-perbedaan
antara manusia dengan berbagai kepentingan. Mulai dari politik Apartheid di Afrika Selatan, hingga
pelapisan masyarakat pribumi dan penjajah di Indonesia pada masa kolonial
Jepang.
Penulis memiliki paham bahwa semua manusia memiliki
kedudukan yang sama, karena secara fisik dan biologis manusia sama-sama lahir
dari seorang ibu dan hidup selayaknya manusia pada umumnya dimana membutuhkan
oksigen (O2) dan asupan gizi yang cukup untuk bisa bertahan hidup
setiap harinya. Tetapi sepanjang peradaban manusia di planet bumi, sudah banyak
peradaban-peradaban yang sering mengelompokkan masyarakatnya ke dalam berbagai
lapisan.
Pelapisan masyarakat tersebut pada umumnya mengacu
kepada berbagai ukuran berikut:
a. Kekayaan
Manusia adalah makhluk ekonomi yang
dimana selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika kebutuhannya
terpenuhi, maka manusia tersebut akan merasa sejahtera, dan mampu mempengaruhi
keadaan ekonomi masyarakatnya. Dasar inilah yang mendorong manusia untuk
mengelompokkan orang-orang disekitarnya berdasarkan kemampuan ekonominya.
Semakin mapan seseorang itu secara ekonomi, maka statusnya dalam suatu
komunitas juga semakin tinggi.
b. Kekuasaan
“Dia yang kuat, dia yang berkuasa”.
Hukum alam yang sudah berlaku sejak awal peradaban manusia dan masih berlaku
hingga saat ini. Penampakan ini sudah sering terlihat sejak zaman dahulu kala.
Sekelompok manusia yang awalnya tinggal bersama mulai membentuk suku. Setelah
itu mereka membangun sistem kerajaan/monarki, dimana pewaris tahta adalah
keturunan dari raja/ratu. Hingga terbentuklah sistem pemerintahan yang sudah
umum diketahui oleh masyarakat di seluruh dunia, seperti republik dan rezim.
Mereka selaku raja/ratu/presiden
mendapat kedudukan tertinggi di komunitasnya karena mereka dihormati dan diberi
kepercayaan untuk memimpin masyarakatnya. Sedangkan kekuasaan diperoleh dengan
dua cara, yaitu diberi (monarki) dan diusahakan (republik). Tetapi seseorang
bisa menjadi penguasa juga dipengaruhi
oleh faktor ekonomi dimana dia bisa mempengaruhi ekonomi di komunitasnya.
c. Kehormatan
Seseorang dihormati/disegani bisa
terlepas dari faktor kekayaan dan kekuasaan. Hal ini sering terjadi karena
seseorang tersebut telah melakukan sesuatu yang sangat bermanfaat untuk
masyarakatnya sehingga dia dihormati oleh masyarakat yang telah dibantu oleh
dia.
d. Ilmu Pengetahuan
Orang dengan ilmu pengetahuan yang
tinggi mendapat tempat tersendiri di komunitasnya karena tipe orang ini sering
dimintai nasihat dan saran oleh anggota masyarakat yang kesulitan. Terlepas
dari kekayaan dan kekuasaan, semakin pintar seseorang itu, maka dia mendapat
status yang semakin tinggi di masyarakat.
2.2
Proses Terbentuknya Perilaku Konsumen Golongan Atas
Sejak zaman dahulu
kala, orang kaya lebih dihormati daripada golongan rakyat jelata. Golongan atas
yang kaya ini terdiri dari raja/ratu, ksatria, bangsawan, pemilik tanah, dll.
Rakyat jelata sering ditindas dengan kerakusan golongan atas dan tingkat pajak
yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan jumlah golongan atas lebih sedikit
daripada golongan menengah dan bawah.
Golongan atas adalah golongan yang berkuasa, sehingga golongan menengah dan
bawah sering dirugikan oleh kebijakan yang dibuat oleh golongan atas.
Kekayaan golongan atas
pada zaman itu biasanya berasal dari pajak yang dipungut dan hasil ternak
golongan bawah. Mereka sering membelanjakan uangnya (pada zaman itu
koin/emas/perak) untuk kebutuhan sekunder dan tersier pada zaman itu seperti
mengadakan turnamen, membayar prajurit sewaan, dan masih banyak lagi kebutuhan
yang tidak mampu dibayar oleh golongan menengah dan bawah.
Seperti yang penulis
jelaskan di Bab I tadi bahwa kebutuhan manusia selalu tidak cukup, maka
golongan atas ini yang dimana kebutuhan primernya telah terpenuhi, maka mereka
selalu berusaha untuk memuaskan kebutuhan sekunder dan tersiernya. Mereka tidak
segan untuk menguras harta golongan menengah dan bawah hanya untuk sekedar
mengadakan turnamen dan kebutuhan lain yang menguras banyak pengeluaran.
2.3. Perbedaan Antara Golongan Atas Dengan Golongan
Lainnya Dari Segi Gaya Hidup Dan Pola Pembelanjaan Kebutuhan Sehari-Hari
Perbedaan gaya hidup
antara golongan atas dan bawah sangat jauh berbeda. Sebelumnya telah dijelaskan
perilaku konsumen golongan atas pada zaman dahulu yang dipenuhi kemewahan dan
sangat jauh dari kebutuhan pokok manusia pada umumnya. Sedangkan golongan
bawah, untuk memenuhi asupan gizi saja harus rela mengambil risiko untuk
mencuri roti dari pedagang yang dimana konsekuensinya bisa dipenjara atau
tangannya dipotong. Contoh tersebut menjelaskan bagaimana perbedaan ekonomi
antara golongan atas dan golongan bawah mempengaruhi
kehidupan mereka dari berbagai aspek.
Begitu juga yang
terjadi dengan perbedaan kemampuan ekonomi antara golongan atas dan golongan
bawah pada zaman modern ini. Di Jakarta saja sudah sering kita saksikan
pembangunan gedung, apartemen, residence
mewah yang bernilai milyaran rupiah. Sedangkan tidak jauh dari
bangunan-bangunan mewah tersebut, dapat kita lihat perumahan-perumahan kumuh
milik golongan bawah dengan tingkat pendapatan yang rendah pula yang dimana
rumah mereka bisa setiap saat digusur oleh pemerintah karena dianggap merusak
pemandangan dan ketertiban kota Jakarta.
Dari papan, beralih ke
pangan, dimana golongan atas dalam seharinya bisa menghabiskan ratusan ribu
rupiah hanya untuk mengkenyangkan dirinya saja. Dan pastinya cara mereka menghabiskan
uang untuk makan adalah dengan cara yang berkelas, dimana mereka selalu makan
di restoran yang mewah dan memiliki kualitas pelayanan yang tinggi. Sedangkan
untuk golongan menengah seperti buruh, karyawan dan lain sebagainya hanya bisa
makan 3x sehari di warung-warung pinggir jalan yang harga makanannya jauh lebih
murah daripada restoran mewah tempat golongan
eksekutif menghabiskan uangnya untuk makan. Sedangkan rakyat jelata
seperti orang jalanan dan pengangguran untuk bertahan hidup saja harus mengais tempat sampah untuk menemukan
sisa makanan dari golongan atas.
Maka dari itu tidak
heran jika keadaan ekonomi golongan bawah sering mendorong mereka untuk
melakukan aksi kriminalitas untuk bertahan hidup. Mulai dari mencuri, merampok,
menjual narkoba, prostitusi dan masih banyak lagi aksi kriminaliats lainnya
yang mereka rela lakukan untuk bertahan hidup dalam sistem yang tidak berpihak
kepada mereka. Sedangkan golongan atas untuk membeli handphone saja misalnya tidak perlu mengambil risiko untuk
melakukan aksi kriminalitas seperti yang golongan bawah lakukan. Anak seorang
pengusaha miliarder cukup meminta kepada orangtuanya untuk membelikannya handphone, motor, tiket liburan ke luar
negeri dan masih banyak lagi kebutuhan golongan atas lainnya yang tidak bisa
diangsur oleh golongan menengah dan bawah.
Oleh karena itu
perbedaan antara golongan atas dan golongan bawah terutama dari kemampuan
ekonomi dapat dikatakan membawa pengaruh yang signifikan terhadap gaya hidup,
perilaku konsumen, dan tiap-tiap aspek
kehidupan mereka.
2.4. Penampakan
Perilaku Konsumen Golongan Atas Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Penampakan ini sudah
sering terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Miliarder, selebritis, atlet,
pejabat, dan masih banyak lagi golongan-golongan lain yang memperlihatkan
perilaku konsumen eksklusifnya. Rumah yang besar dan mewah, garasi yang penuh
dengan kendaraan-kendaraan mahal, pelayan-pelayan yang selalu melayani mereka
setiap saat dibutuhkan.
Contohnya seperti Bill
Gates, yang senang mengkoleksi buku-buku bersejarah karangan ilmuwan dunia
seperti Leonardo Da Vinci yang berharga jutaan dolar. Atau mungkin kapal pesiar
pribadi yang dimiliki oleh pendiri Google. Atau mansion mewah milik Will Smith.
Semakin tingginya status dan kemampuan ekonominya, maka tidak mungkin bagi
mereka untuk memenuhi kebutuhan yang sekiranya sama dengan kebutuhan golongan
lainnya tapi dengan nilai yang jauh lebih tinggi.
Tidak usah jauh-jauh
sampai ke luar negeri. Di Jakarta saja, sudah banyak orang-orang yang termasuk
golongan atas mengeluarkan uangnya dengan cara yang glamor. Seperti Syahrini
yang memiliki mobil Lamborghini langsung diimpor dari luar negeri, atau
pasangan Anang Hermansyah dan Ashanty yang sempat menghabiskan liburan di
Eropa.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perbedaan kemampuan
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari begitu jelas terlihat dalam kehidupan
sehari. Karena itu semua bagian dari sosiologi. Suatu masyarakat yang hidup
bersama-sama mampu membuat pengelompokkan yang jelas karena ada perbedaan
kemampuan ekonomi antara golongan atas dan golongan bawah. Perbedaan inilah
yang senantiasa selalu mempengaruhi kehidupan mereka dan mengelompokkan mereka
ke dalam lapisan yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar