Selasa, 30 September 2014

TUGAS SOFTSKILL : PERILAKU KONSUMEN GOLONGAN EKSEKUTIF DI INDONESIA

MAKALAH PEILAKU KONSUMEN

PERILAKU KONSUMEN GOLONGAN EKSEKUTIF DI INDONESIA

DISUSUN OLEH:
                                                                         
THARIQ AFIF R. HAKIM (17212345)
3EA02



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul " Perilaku Konsumen Golongan Eksekutif Di Indonesia" ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengambil banyak referensi dari berbagai sumber seperti majalah dan internet. Penulis juga memasukkan asumsi yang penulis dapat dari pengamatan penulis terhadap objek dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam makalah ini, penulis ingin mengemukakan pendapat penulis mengenai gaya hidup (lifestyle) golongan dengan tingkat pendapatan yang tinggi dan berkehidupan serba mewah yang terletak di beberapa kota besar di Indonesia khususnya Jakarta. Penulis juga ingin menjelaskan lebih detail tentang perbedaan antara gaya hidup golongan atas dengan golongan menengah, menengah keatas, menengah dan bawah.
Penulis menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman tentang gaya hidup para eksekutif di Indonesia menjadi salah satu hambatan dalam penulisan makalah ini. Sekiranya, penulis meminta maaf sebesar-besarnya atas semua kesalahan yang pembaca temukan di dalam makalah ini.
Harapan penulis, dengan disusunnya makalah ini bisa memberikan pengetahuan baru kepada para pembaca sekalian mengenai perilaku dan gaya hidup golongan eksekutif di Indonesia




Depok,  September 2014

Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas, dalam artian dia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya jika kebutuhannya yang lain telah terpenuhi. Sebagai contoh jika seseorang itu telah memiliki kebutuhan pangan, maka dia membutuhkan sandang. Setelah pangan dan sandang terpenuhi, maka dia membutuhkan papan (tempat tinggal) untuk bertempat tinggal. Setelah pangan, sandang dan papan terpenuhi, maka dia membutuhkan pekerjaan. Setelah mendapat penghasilan yang cukup dari pekerjaan tersebut, seseorang itu mungkin membutuhkan rumah yang lebih mewah lagi atau kendaraan bermotor untuk bepergian dan begitu seterusnya.
Fenomena ini sudah tidak asing lagi kita saksikan di media-media informasi. Entah itu status kekayaan yang diberi maupun yang diperjuangkan.  Karena memang itu kodrat manusia: Mencari yang belum didapat. Seseorang dengan kemampuan ekonomi yang tinggi senantiasa mampu untuk membelanjakan uangnya  diatas rata-rata kemampuan ekonomi golongan menengah atau bawah. Dengan status dan kemampuan ekonominya, maka mereka selaku golongan atas akan selalu mendapat sorotan media dalam membelanjakan uangnya.
1.2  Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan Stratifikasi Sosial?
2.       Apa proses terbentuknya perilaku konsumen golongan atas?
3.       Apa perbedaan antara golongan atas dengan golongan lainnya dari segi  gaya hidup dan pola pembelanjaan kebutuhan sehari-hari?
4.      Apa saja penampakan perilaku konsumen golongan atas dalam kehidupan sehari-hari?

1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan wawasan baru tentang apa yang membedakan antara golongan atas dengan golongan menengah dan bawah dari segi gaya hidup dan pengeluaran sehari-hari.

1.4  Manfaat Penelitian
Dengan membaca karya tulisan ini, penulis berharap agar pembaca sekalian bisa lebih memahami tentang perbedaan status antara golongan atas dengan golongan menengah dalam membelanjakan pengeluarannya 



BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Stratifikasi Sosial
Pengertian stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk/masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Pelapisan sosial tersebut tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan efek daripada tiap-tiap keputusan yang diambil setiap individu dalam kehidupannya. Stratifikasi sosial sering terjadi tanpa disadari oleh masyarakat yang hidup bersama di dalam suatu komunitas dengan latar belakang yang berbeda. Opini penulis tentang stratifikasi sosial sendiri adalah bahwa stratifikasi sosial merupakan sebuah ilusi yang diciptakan oleh perbedaan-perbedaan antara manusia dengan berbagai kepentingan. Mulai dari politik Apartheid di Afrika Selatan, hingga pelapisan masyarakat pribumi dan penjajah di Indonesia pada masa kolonial Jepang.
Penulis memiliki paham bahwa semua manusia memiliki kedudukan yang sama, karena secara fisik dan biologis manusia sama-sama lahir dari seorang ibu dan hidup selayaknya manusia pada umumnya dimana membutuhkan oksigen (O2) dan asupan gizi yang cukup untuk bisa bertahan hidup setiap harinya. Tetapi sepanjang peradaban manusia di planet bumi, sudah banyak peradaban-peradaban yang sering mengelompokkan masyarakatnya ke dalam berbagai lapisan.
Pelapisan masyarakat tersebut pada umumnya mengacu kepada berbagai ukuran berikut:
a.       Kekayaan
Manusia adalah makhluk ekonomi yang dimana selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika kebutuhannya terpenuhi, maka manusia tersebut akan merasa sejahtera, dan mampu mempengaruhi keadaan ekonomi masyarakatnya. Dasar inilah yang mendorong manusia untuk mengelompokkan orang-orang disekitarnya berdasarkan kemampuan ekonominya. Semakin mapan seseorang itu secara ekonomi, maka statusnya dalam suatu komunitas juga semakin tinggi.


b.      Kekuasaan
“Dia yang kuat, dia yang berkuasa”. Hukum alam yang sudah berlaku sejak awal peradaban manusia dan masih berlaku hingga saat ini. Penampakan ini sudah sering terlihat sejak zaman dahulu kala. Sekelompok manusia yang awalnya tinggal bersama mulai membentuk suku. Setelah itu mereka membangun sistem kerajaan/monarki, dimana pewaris tahta adalah keturunan dari raja/ratu. Hingga terbentuklah sistem pemerintahan yang sudah umum diketahui oleh masyarakat di seluruh dunia, seperti republik dan rezim.

Mereka selaku raja/ratu/presiden mendapat kedudukan tertinggi di komunitasnya karena mereka dihormati dan diberi kepercayaan untuk memimpin masyarakatnya. Sedangkan kekuasaan diperoleh dengan dua cara, yaitu diberi (monarki) dan diusahakan (republik). Tetapi seseorang bisa menjadi penguasa  juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi dimana dia bisa mempengaruhi ekonomi di komunitasnya.

c.       Kehormatan
Seseorang dihormati/disegani bisa terlepas dari faktor kekayaan dan kekuasaan. Hal ini sering terjadi karena seseorang tersebut telah melakukan sesuatu yang sangat bermanfaat untuk masyarakatnya sehingga dia dihormati oleh masyarakat yang telah dibantu oleh dia.

d.      Ilmu Pengetahuan
Orang dengan ilmu pengetahuan yang tinggi mendapat tempat tersendiri di komunitasnya karena tipe orang ini sering dimintai nasihat dan saran oleh anggota masyarakat yang kesulitan. Terlepas dari kekayaan dan kekuasaan, semakin pintar seseorang itu, maka dia mendapat status yang semakin tinggi di masyarakat.

2.2 Proses Terbentuknya Perilaku Konsumen Golongan Atas
Sejak zaman dahulu kala, orang kaya lebih dihormati daripada golongan rakyat jelata. Golongan atas yang kaya ini terdiri dari raja/ratu, ksatria, bangsawan, pemilik tanah, dll. Rakyat jelata sering ditindas dengan kerakusan golongan atas dan tingkat pajak yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan jumlah golongan atas lebih sedikit daripada golongan menengah dan  bawah. Golongan atas adalah golongan yang berkuasa, sehingga golongan menengah dan bawah sering dirugikan oleh kebijakan yang dibuat oleh golongan atas.
Kekayaan golongan atas pada zaman itu biasanya berasal dari pajak yang dipungut dan hasil ternak golongan bawah. Mereka sering membelanjakan uangnya (pada zaman itu koin/emas/perak) untuk kebutuhan sekunder dan tersier pada zaman itu seperti mengadakan turnamen, membayar prajurit sewaan, dan masih banyak lagi kebutuhan yang tidak mampu dibayar oleh golongan menengah dan bawah.
Seperti yang penulis jelaskan di Bab I tadi bahwa kebutuhan manusia selalu tidak cukup, maka golongan atas ini yang dimana kebutuhan primernya telah terpenuhi, maka mereka selalu berusaha untuk memuaskan kebutuhan sekunder dan tersiernya. Mereka tidak segan untuk menguras harta golongan menengah dan bawah hanya untuk sekedar mengadakan turnamen dan kebutuhan lain yang menguras banyak pengeluaran.

2.3. Perbedaan Antara Golongan Atas Dengan Golongan Lainnya Dari Segi  Gaya Hidup Dan   Pola Pembelanjaan Kebutuhan Sehari-Hari
Perbedaan gaya hidup antara golongan atas dan bawah sangat jauh berbeda. Sebelumnya telah dijelaskan perilaku konsumen golongan atas pada zaman dahulu yang dipenuhi kemewahan dan sangat jauh dari kebutuhan pokok manusia pada umumnya. Sedangkan golongan bawah, untuk memenuhi asupan gizi saja harus rela mengambil risiko untuk mencuri roti dari pedagang yang dimana konsekuensinya bisa dipenjara atau tangannya dipotong. Contoh tersebut menjelaskan bagaimana perbedaan ekonomi antara golongan atas dan golongan bawah  mempengaruhi kehidupan mereka dari berbagai aspek.
Begitu juga yang terjadi dengan perbedaan kemampuan ekonomi antara golongan atas dan golongan bawah pada zaman modern ini. Di Jakarta saja sudah sering kita saksikan pembangunan gedung, apartemen, residence mewah yang bernilai milyaran rupiah. Sedangkan tidak jauh dari bangunan-bangunan mewah tersebut, dapat kita lihat perumahan-perumahan kumuh milik golongan bawah dengan tingkat pendapatan yang rendah pula yang dimana rumah mereka bisa setiap saat digusur oleh pemerintah karena dianggap merusak pemandangan dan ketertiban kota Jakarta.
Dari papan, beralih ke pangan, dimana golongan atas dalam seharinya bisa menghabiskan ratusan ribu rupiah hanya untuk mengkenyangkan dirinya saja. Dan pastinya cara mereka menghabiskan uang untuk makan adalah dengan cara yang berkelas, dimana mereka selalu makan di restoran yang mewah dan memiliki kualitas pelayanan yang tinggi. Sedangkan untuk golongan menengah seperti buruh, karyawan dan lain sebagainya hanya bisa makan 3x sehari di warung-warung pinggir jalan yang harga makanannya jauh lebih murah daripada restoran mewah tempat golongan  eksekutif menghabiskan uangnya untuk makan. Sedangkan rakyat jelata seperti orang jalanan dan pengangguran untuk bertahan hidup saja  harus mengais tempat sampah untuk menemukan sisa makanan dari golongan atas.
Maka dari itu tidak heran jika keadaan ekonomi golongan bawah sering mendorong mereka untuk melakukan aksi kriminalitas untuk bertahan hidup. Mulai dari mencuri, merampok, menjual narkoba, prostitusi dan masih banyak lagi aksi kriminaliats lainnya yang mereka rela lakukan untuk bertahan hidup dalam sistem yang tidak berpihak kepada mereka. Sedangkan golongan atas untuk membeli handphone saja misalnya tidak perlu mengambil risiko untuk melakukan aksi kriminalitas seperti yang golongan bawah lakukan. Anak seorang pengusaha miliarder cukup meminta kepada orangtuanya untuk membelikannya handphone, motor, tiket liburan ke luar negeri dan masih banyak lagi kebutuhan golongan atas lainnya yang tidak bisa diangsur oleh golongan menengah dan bawah.
Oleh karena itu perbedaan antara golongan atas dan golongan bawah terutama dari kemampuan ekonomi dapat dikatakan membawa pengaruh yang signifikan terhadap gaya hidup, perilaku konsumen,  dan tiap-tiap aspek kehidupan mereka.

2.4. Penampakan Perilaku Konsumen Golongan Atas Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Penampakan ini sudah sering terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Miliarder, selebritis, atlet, pejabat, dan masih banyak lagi golongan-golongan lain yang memperlihatkan perilaku konsumen eksklusifnya. Rumah yang besar dan mewah, garasi yang penuh dengan kendaraan-kendaraan mahal, pelayan-pelayan yang selalu melayani mereka setiap saat dibutuhkan.
Contohnya seperti Bill Gates, yang senang mengkoleksi buku-buku bersejarah karangan ilmuwan dunia seperti Leonardo Da Vinci yang berharga jutaan dolar. Atau mungkin kapal pesiar pribadi yang dimiliki oleh pendiri Google. Atau mansion mewah milik Will Smith. Semakin tingginya status dan kemampuan ekonominya, maka tidak mungkin bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan yang sekiranya sama dengan kebutuhan golongan lainnya tapi dengan nilai yang jauh lebih tinggi.
Tidak usah jauh-jauh sampai ke luar negeri. Di Jakarta saja, sudah banyak orang-orang yang termasuk golongan atas mengeluarkan uangnya dengan cara yang glamor. Seperti Syahrini yang memiliki mobil Lamborghini langsung diimpor dari luar negeri, atau pasangan Anang Hermansyah dan Ashanty yang sempat menghabiskan liburan di Eropa.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perbedaan kemampuan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari begitu jelas terlihat dalam kehidupan sehari. Karena itu semua bagian dari sosiologi. Suatu masyarakat yang hidup bersama-sama mampu membuat pengelompokkan yang jelas karena ada perbedaan kemampuan ekonomi antara golongan atas dan golongan bawah. Perbedaan inilah yang senantiasa selalu mempengaruhi kehidupan mereka dan mengelompokkan mereka ke dalam lapisan yang berbeda.















Tidak ada komentar: