Kamis, 02 Oktober 2014

TUGAS SOFTSKILL : TULISAN BEBAS

REVIEW FILM : THE EXPENDABLES 3

Ok jadi beberapa hari yang lalu saya menonton film sekuel dari seri The Expendables yaitu Expendables 3. Ceritanya secara garis besar serupa dengan sekuel sebelumnya yaitu sekelompok prajurit khusus bernama The Expendables diberi sebuah misi khusus oleh pemerintah yang menurut cerita tidak bisa dijalankan oleh taskforce yang lain. Ok kembali ke Expendables 3. Seperti sekuel sebelumnya, film ini kembali memainkan nama-nama terkenal dalam sejarah perfilman dalam sebuah alur cerita yang berantakan, terlalu dipaksakan, semau-maunya dan ending yang payah. Kali ini saya akan me review dari sisi:


  • PLOT


Dari sisi cerita, film ini lebih mengutamakan aspek Expendables itu sendiri ketimbang sekuel sebelumnya, karena antagonis utamanya tidak lain adalah StoneBanks (Mel Gibson), salah satu pendiri Expendables bersama Barney Ross (Sylvester Stallone), yang dimana StoneBanks ini menurut dia sendiri ingin dilenyapkan oleh agensi (CIA) karena jasanya sudah tidak dibutuhkan lagi. Oleh karena itu dia melarikan diri dari USA dan beralih profesi menjadi penjual senjata untuk kebutuhan perang dan konflik yang sering terjadi di Afrika dan daerah lain. Jadi antagonis utamanya tidak lain adalah teman lama dari tokoh utama yang dikira sudah mati. Oleh karena itu saya bilang film ini lebih mengutamakan aspek Expendables itu sendiri, karena tokoh utama dan antagonis memiliki sejarah diantara mereka. Kalau menurut saya standard sih, gak ada spesialnya. Sudah banyak film yang menggunakan plot seperti itu. Sudah tidak asing lagi. Series ini tidak jauh dari Transformer yang melebih-lebihkan cerita tetapi dipadu dengan teknik, mixing dan perpaduan yang hancur. Dari isinya anda sudah bisa menebak sendiri seperti apa : Film Action. Baku tembak, baku bunuh, explosion, ke macho an, kecuali roman. Karena Barney adalah prajurit tua yang ......... saya ga tahu. Macho? Mementingkan tim diantara segalanya? Soalnya dia gak punya pacar, istri, one night stand,  atau anak dari hubungan sebelumnya. Tapi kalu roman larinya ke Christmas (Jason Statham). 
Kesimpulan : Dari segi cerita sangaaaaaaaaaaaat standard. Dan jujur saya gak excited pas nontonnya. Ditambah dengan chemistry dari aktor-aktornya yang mau-mau aja disuruh oleh sutradara yang jelek hingga filmnya jadi kayak gini.


  • KARAKTER

Jujur saya selama mengikuti perkembangan perfilman saya lebih menyukai antagonis ketimbang protagonis. Mereka gila, brutal, susah ditebak, ambisius, dan masih banyak lagi faktor pendorong yang membuat mereka jadi karakter yang patut diakui. Dan karakter antagonis favorit saya versi film adalah Joker dari film The Dark Knight (Saya baru nonton Star Wars yang Phantom Menace jadi saya belum bisa bandingin dengan Darth Vader. Ntar nyari waktu dulu yang pas). Joker......  Gila,  brutal, gak punya emosi, humoris, meneror orang hanya untuk kesenangan dirinya saja. Tidak bisa dibayar, disuap, diperintah, dipaksa. Dan yang lebih membuat saya kagum dengan dia adalah dia punya prinsip yang dia pegang dalam melakukan aksi kriminalitasnya. Oleh karena itu dia gak punya motif apa-apa. Bukan uang, kekuasaan, politik, atau semacamnya. Dia melakukan itu semua just for fun. PURE EVIL.

Hal inilah yang perlu diperbaiki oleh The Expendables kalau mereka ingin seenggaknya membuat peningkatan dalam sekuel terbarunya. Antagonis yang tepat. Pada sekuel sebelumnya mereka memilih Jean Claude Van Damme sebagai antagonis utamanya yang menurut saya masih SEDIKIT lebih baik ketimbang Mel Gibson , meskipun bagi saya sama saja (sama-sama payah). Disini StoneBanks adalah tipe survivalis kalau menurut saya, rela melakukan apa saja untuk bertahan hidup dan menjauhi risiko, karena diburu oleh CIA dan dikira sudah mati. Tetapi diakhir film dimana dia melakukan duel satu lawan satu melawan Ross (tipikal Expendables banget), dia seperti berubah haluan dari survivalis menjadi tipe pendendan dan emosional. Gak logis kalau menurut saya. Kalu saya StoneBanks, selagi bisa kabur, saya  akan mengambil kesempatan itu. Tetapi itu tidak terjadi. Dia malah menantang Barney dan mati. Idiot.

Meskipun begitu, saya sedikit menyukai karakter Galgo yang diperankan Antonio Banderas. Anda mengenali dia dari serial Zoro, tetapi di film ini dia seperti bertransformasi menjadi karakter lain dan mempunyai warna baru. Saya sempat kebingungan siapa pameran dari karakter ini.



  • TEKNIK


Kalau menurut saya ada dua tipe film berdasarkan tujuan. Pertama: film dibuat untuk kepentingan penyaluran kreatifitas, ekspresi, dan penunjukkan seni yang benar-benar original dari pembuatnya. Kedua: Film dibuat untuk keperluan komersial. Expendables, Pirates Of Carribean, Transformer, Spiderman, film superhero Marvel dan Justice League, dll. The Expendables merupaka tipe film kedua, karena sudah jelas-jelas mereka menggunakan jasa aktor film action yang benar-benar punya kredibilitas yang tinngi.  Kemudian dari teknik pengolahannya. Teknik pengolahan film tersampah buat saya adalah Transformer. Semua sekuelnya. Tapi buat saya film ini sudah memiliki teknik pengolahan yang payah. Karena tekniknya juga mengikuti kepentingan komersial. Kenapa tiap antagonis di tiap sekuel haru duel one by one dengan Ross? Itu seperti Stallone tidak bisa lari dari karakter rambo dan semacamnya. Tiap momen di film tersebut dibikin sampah, meskipun konflik yang diberikan lebih serius dari film lainnya. dan kebanyakan tokoh. Kebanyakan tokoh berarti pasti ada porsi bagi tiap-tiap tokoh yang tidak seimbang. Film ini seperti tidak lebih dari sekedar ... mmmmmm .... parade buat Stallone untuk memamerkan kemachoannya.



  • KESIMPULAN
Kebanyakan protagonis dan antagonis dicampur dengan plot yang payah (mementingkan komersial), konflik yang dilebih-lebihkan (mementingkan komersial lagi), dan teknik pengolahan konflik yang berantakan membuat film ini menjadi salah satu film terburuk tahun ini selain Transformer : Age Of Extinction. The Dark Knight meraih kesuksesan secara komersial, tetapi memiliki teknik pengolahan  dan antagonis yang jauh lebih ketimbang film ini. Kesimpulan saya, film ini hanya sekedar wadah pencampuran akting dari aktor-aktor papan atas yang mementingkan komersial dan plot yang payah










Tidak ada komentar: